Target bisa lulus 3,5 tahun.
Pada tahun 2016 saya menginjak tahun ke-3 di Kampus tempat saya berkuliah dulu, jurusan yang saya ambil adalah Statistika, jurusan yang notabene dari awal masuk pekuliahan hingga akhir perkuliahan terus berkutat dengan data, angka dan rumus yang lumayan banyak menguras otak, bahkan banyak mahasiswa yang harus mengulang kembali mata kuliah karena nilainya tidak memenuhi standar kelulusan, syukurnya saya belum pernah sampai harus mengulang mata kuliah, walaupun ada beberapa nilai yang bisa dibilang pas-pasan. Salah satu yang menurut saya spesial dari jurusan Statistika di kampus saya ini adalah mahasiswanya bisa lulus 3,5 tahun, dimana jurusan lain minimal baru bisa lulus itu 4 tahun. Awalnya saya tidak mengetahui perihal ini, tapi setelah mengetahuinya saya memiliki target untuk bisa lulus 3.5 tahun. Walaupun saya tahun untuk mengejar target tersebut tidak lah mudah, butuh effort lebih agar bisa tercapai.
Singkat cerita saya sudah masuk semester 7 pada bulan Agustus 2016. Pada semester ini saya mengambil salah satu mata kuliah yang menjadi syarat wajib untuk bisa lulus yaitu “SKRIPSI”. Biasanya mata kuliah Skripsi ini diambil pada semester 8, berhubung saya ingin bisa menyelesaikan studi selama 3.5 tahun, maka saya menariknya ke semester 7. Mengambil skripsi ke semester 7 ini menjadi “pekerjaan rumah” tersendiri untuk saya, karena selain harus mengerjakan skripsi dengan 6 SKS nya, saya juga harus mengerjakan mata kuliah wajib yang ada pada semester 7 tersebut, maka secara otomatis fokus saya terbagi dua, yaitu mengerjakan skripsi agar bisa lulus 3.5 tahun, dan mengikuti mata kuliah pada semester 7, untuk mengerjakan keduanya bukan hal yang mudah, harus tetep seimbang, pahit-pahitnya kalau engga fokus bisa mendapatkan nilai jelek di mata kuliah semester 7 ini
Sibuk dan pusingnya bukan main pada semester ini, tugas mata kuliah yang banyak serta skripsi yang mulai banyak tantangannya. Biasanya kalau ada tugas terus saya engga bisa ngerjainnya, bisa nanya temen buat sharing-sharing, nah kalau skripsi ini kalau kita engga bisa ya harus dicari sendiri jawabannya sampai ketemu, kalaupun bertanya pada dosen pembimbing biasanya hanya dikasih clue saja. Memang dalam proses pengerjaan skripsi ini sangat dituntut kemandirian serta ketekunan serta kesabaran.
Skripsweet Oh Skripsweet
Proses pengerjaan skripsi pun dimulai, dalam proses nya setiap mahasiswa mempunyai dua dosen pembimbing yang bertugas untuk membantu dalam pengerjaan skripsi dan dua dosen penguji yang bertugas untuk mengevaluasi skripsi. Terdapat dua tahap yang harus dilewati untuk bisa lulus dari jurusan Statistika ini, tahap pertama yaitu Seminar, seminar ini yaitu mempresentasikan skripsi dari Bab 1 sampai dengan Bab 3. Lalu jika lolos Seminar maka dilanjutkan ke tahap kedua yaitu Sidang, sidang ini yaitu mempresentasian hasil skripsi dari Bab 1 hingga Bab 5.
Alhamdulillah saya mendapatkan dosen pembimbing yang baik dan siap mengayomi saya, dan Alhamdulillah juga saya mendapat salah satu dosen penguji yang paling killer di kampus yang agak sedikit pelit dalam memberi nilai. Awalnya saya sering kesel sendiri kenapa harus mendapat dosen penguji yang killer tapi ya sudahlah, mending saya kembali fokus mengerjakan skripsi daripada harus pusing-pusing memikirkan dosen penguji yang killer itu.
Tahap pertama yaitu Seminar, saya mempersiapkan Bab 1 sampai Bab 3 selama hampir 3 bulan, Alhamdulillah saya diberi kemudahan dan kelancaran dalam proses pengerjaan Bab 1 sampai Bab 3 ini, tapi mungkin karena kemudahan itu saya sedikit lalai dan lupa bersyukur bahwa kemudahan itu datangnya dari Allah SWT, karena diberi kemudahan dalam pengerjaan itu muncul rasa jumawa dan menganggap enteng Seminar itu, karena notabene Bab 1 sampai Bab 3 itu “hanya” sebatas pendahuluan, latar belakang dan metode yang digunakan. Rasa jumawa dan menganggap enteng inilah awal petaka yang terjadi. Saat itu saya dijadwalkan seminar hari Senin, H-2 Seminar yaitu hari Sabtu bukannya saya belajar justru saya habiskan untuk tidur, nonton tv, dan begadang menonton pertandingan bola antara Manchester United vs Arsenal. Saat itu saya berfikir “Ah besok Minggu aja belajarnya, lagian cuma Bab 1 sampai Bab 3, masih enteng keitung nya”.
Tragedi Pembantaian oleh Dosen Penguji
Hari Minggu nya saya malah asik leha-leha, tiduran, nonton tv, dan baca novel, saya berfikir “Nanti habis Maghrib aja belajarnya, lagian Cuma Bab 1 samapi Bab 3”. Hampir berkali-kali saya terus meremehkan Seminar ini. Astagfirullah. Hari H sidang pun datang, pagi nya saya sangat optimis bisa mempresentasikan Bab 1 dan Bab 3 dengan baik dan bisa menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh dosen penguji. Proses presentasi pada awalnya berjalan sesuai harapan saya, tapi pada saat proses tanya jawab dari dosen penguji tiba-tiba pikiran saya nge-blank, otak dan mulut saya serasa tidak sinkron, tangan saya bergetar, muka sudah pucat dan keringat dingin karena hanya beberapa pertanyaan yang bisa jawab, ditambah lagi nada bicara dari dosen killer yang meninggi karena mulai kesal melihat saya tidak bisa menjawab pertanyaanya, walaupun pertanyaan dasar tapi entar kenapa otak saya tidak bisa berfikir dengan jernih.
Pikiran saya udah jauh melayang kemana-mana, rasanya ingin segera selasai Seminar ini, tiap dosen penguji bertanya otak saya sudah sangat panas, tatapan saya kosong, mungkin secara raga dan fisik saya berada di ruang sidang, tetapi secara pikiran saya entah kemana. Hampir dua jam kurang saya berada didalam ruangan, selama itu pula proses “pembantaian” terjadi, waktu dua jam tadi itu terasa sangat lama sekali seperti beberapa hari. Setelah keluar dari ruangan badan saya udah engga karuan lagi, pusing, mual, keringat dingin dan lainnya, rasanya saat itu ingin langsung tidur untuk melupakan semua yang telah terjadi di hari ini, ingin melupakan “pembantaian” oleh dosen penguji. Satu hal yang patut disyukuri adalah saya lolos Seminar dengan nilai yang sangat pas-pasan dan hampir harus mengulang, saya pun bisa melanjutkan ke proses selanjutnya yaitu Sidang. Alhamdulillah.
Cobaan datang bertubi-tubi hingga terasa jauh dari kata “Selesai”
Setelah berkaca dari persiapan Seminar, saya tidak boleh melakukan kesalahan yang sama saat sidang nanti, apalagi sidang ini yang menentukan saya lulus atau tidaknya. Maka saya sangat bersungguh-sungguh mengerjakannya, membuat komitmen dengan diri sendiri agar mengerjakan dengan serius dan bertanggung jawab. Pengerjaan Bab 4 ini lah yang bisa dibilang paling banyak tantangannya dari kelima Bab dalam skripsi ini, karena pada Bab 4 ini merupakan pengujian dan penghitungan terhadap metode yang saya gunakan. Lagi-lagi badai ujian silih berganti, setelah “pembantaian” saat Seminar, sekarang saya harus mencari super computer, karena metode skripsi yang saya gunakan memerlukan computer dengan RAM yang cukup tinggi,
Alhamdulillah saya menemukan komputer itu di Laboratorium Komputer S2 Statistika, tapi tempatnya bukan di Jatinangor (kampus saya kuliah) tapi di Dipati Ukur. Setiap kali saya ingin melakukan proses perhitungan data, maka saya harus ke Dipati Ukur yang jarakya sekitar 40km dari Jatinganor, bahkan saya pun sering menginap di Lab tersebut bersama Asisten Lab yang tak lain adalah teman saya, jadi saya bisa menggunakan semua fasilitas yang ada disitu, pada proses perhitungan data saya menggunakan RAM sebesar 32GB, mantep sekali pake RAM sebesar itu hahaha.
Saya pikir dengan menemukan super komputer tersebut saya sudah menyelesaikan semuanya, tapi saya salah besar, ternyata metode yang saya gunakan dalam pengerjaan skripsi ini cukup sulit bahkan saya hampir divonis oleh dosen pembimbing bahwa saya tidak akan bisa lulus 3.5 tahun karena waktu untuk pendaftaran sidang hampir mendekati deadline. Saya bahkan sampai berfikir apa yang salah dengan semua ini, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, padahal solat saya jalan 5 waktu, solat sunat juga jalan, tahajud jalan dan lain-lain, pokoknya saya semakin sering mendekatkan diri kepada Allah SWT, tapi yang ada saya malah semakin banyak mendapat cobaan bukan kemudahan. Kadang timbul rasa iri kepada teman yang udah hampir menyelesaikan skripsi ini, dan dari sini lah saya sempat ber-su’udzon kepada Allah SWT karena tak kunjung mendapat kemudahan-Nya, saya sudah hopeless pada saat itu bisa lulus 3.5 tahun.
Hopeless and Miracle.
Saat saya sedang dalam kondisi yang terpuruk, keajaiban pun muncul, pendaftaran sidang diperpanjang satu minggu dan saya bertekad menyelesaikannya selama satu minggu itu. Akhirnya saya kembali bersemangat dan berhasil menyelesaikan tepat waktu. Pokoknya kejadian saat Seminar tidak boleh terjadi maka saya mempersiapkan Sidang ini sangat matang agar tidak mengecewakan seluruh pihak yang telah membantu dalam pengerjaan Skripsi ini, dan Alhamdulillah Sidang berjalan dengan sangat sangat lancar, bahkan dosen killer yang bisa dibilang pelit nilai itu justru memberikan nilai yang sangat memuaskan kepada saya.
Hampir selama 6 bulan proses pengerjaan Skripsi ini engga ada “sweet-sweet-nya” (manis-manis-nya), justru saya lebih banyak belajar nilai-nilai kehidupan yang ada selama proses itu berjalan. Allah SWT memang Mahabaik, hanya hambanya saja yang sering berburuk sangka kepada-Nya, padahal Allah SWT memiliki rencana yang sangat indah.
Bukankan sudah sebuat Sunatullah: Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu mengubah nasibnya sendiri. Artinya, perubahan itu memang benar harus datang dalam usaha kita sendiri, memang sudah hukum alam sepertinya.
If we do nothing, how can we expect an Improvement?
Entahlah, percaya atau tidak bahwa alam memiliki mekanisme sendiri untuk merespon pikiran kita, alam akan mendatangkanya dengan caranya sendiri bahkan lewat sesuatu yang tidak pernah kita duga-duga. Mau sepertia apa masa depan kamu? Alam akan mendatangkan untuk kamu.
Sekali lagi, jangan pernah membiarkan pikiran negatif menguasai otak kita, banyak orang yang ingin sukses tapi banyak yang pikirannya justru sebaliknya, maka hati-hatilah sama pikiran kita. Hidup adalah serangkaian pilihan dan konsekuensi di ujung setiap pilihan.